Cerita Rohani


Cerita Rohani yang sengaja Aku Kumpulkan sebagai penyemangat hidupku... 😊

    😇😇😇

Seorang anak sambil menangis kembali ke rumah.

 Ia menangis semakinkeras ketika bertemu ibunya. Ia merasa segala usahanya tidak dihiraukan baik oleh guru maupun teman2 kelasnya. Ia telah berusaha, namun seakan2 usahanya tidak layak dihargai. Ia menjadi benci akan teman-temannya.Ia menjengkeli gurunya.

Setelah mendengar keluhan anaknya, sang ibu bertanya:

 'Pernahkah engkau memperhatikan bunga bakung milik tetangga di lorong jalan ke rumah kita?'
Anak itu menggelengkan kepala.

'Bakung itu berkembang setiap pagi, dan di akhir hari bunga bakung tersebut akan layu dan mati. Namun sebelum mati, ia telah memberikan yang terbaik, ia telah memancarkan keindahannya.'

Anak itu berhenti menangis dan mendengarkan dengan penuh hati.

'Setiap hari ia memberikan keindahan yang sama. Setiap hari ia memberikan keharuman yang sama walau kadang tak dihiraukan orang. Keindahannya tak pernah berkurang karena engkau tak pernah memperhatikannya. Ia tidak pernah bersedih bila tak diperhatikan orang, karena ia tahu bahwa dalam hidupnya ia cuman punya satu misi yakni memberikan keindahan dan kebaikan.

Anak itu pun memahami maksud ibunya.

:) :) :)

Mungkin tidak mudah untuk menunjukkan "keindahan dan kebaikan" kita dikala sesuatu yang berada di sekitar kita adalah kebalikannya.Namun, bukankan Tuhan Maha Menyayangi sehingga kasih-Nya masih dapat terpancar di dunia ini walau kini penuh dengan kesesakan, keputusasaan, kesulitan,,,Dan Tuhan pun menciptakan manusia dengan segala perbedaan sifat, sungguh sesuatu yangsia-sia jika selama hidup kita tak pernah memberikan "keindahan/kebaikan layaknya bunga bakung itu.

 tetaplah "INDAH" walau dunia tak lagi ramah,,,



Tuhan selalu memberkati. —




Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam KristusYesus bagi kamu.( 1 Tesalonika 5:18)

Suatu hari seorang guru memberikan tugas kepada siswanya untuk menuliskan 7 keajaiban dunia.

Malamnya sang guru memeriksa tugas itu, Sebagian besar siswa menulis demikian,
Tujuh Keajaiban Dunia :
1. PIRAMIDA
2. TAJ MAHAL
3. TEMBOK BESAR GREAT WALL CHINA.
4. MENARA PIZA5. KUIL ANCHOR
6. MENARA EIFFEL
7. CANDI BOROBUDUR.

Lembar demi lembar memuat hal yang hampir sama.

Beberapa perbedaan hanya terdapat pada urutan penulisan daftar tersebut.
Tapi guru itu memeriksa lembar yang paling akhir itu, lalu sang guru terdiam.
Lembar terakhir itu milik si gadis kecil pendiam......
Isinya seperti ini :
Tujuh Keajaiban Dunia :
1. Bisa Melihat......
2. Bisa Mendengar.....
3. Bisa Menyentuh......
4. Bisa Disayangi........
5. Bisa Merasakan......
6. Bisa Tertawa dan....
7. Bisa Mencintai/Mengasihi....

Setelah duduk diam beberapa saat,sang guru menutup lembaran tugas siswanya.

Kemudian menundukkan kepalanya berdoa.......

Mengucap syukur untuk gadis kecil pendiam dikelasnya yang telah mengajarkannya sebuah pelajaran HEBAT, yaitu:

Tidak perlu mencari sampai ke ujung bumi untuk menemukan keajaiban.
Keajaiban itu ada disekeliling kita untuk kita miliki dan tak lupa untuk kita SYUKURI.

Ternyata SESUATU itu tampak INDAH, karena belum kita miliki.

Kapankah kebahagiaan didapatkan kalau kita hanya selalu memikirkan apa yang belum ada, TAPI mengabaikan apa yang sudah kita MILIKI.
Jadilah pribadi yang......"SENANTIASA BERSYUKUR " dengan segala sesuatu berkat yang telah kita miliki.



😁😁😁



Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (Matius 7:3)

Seorang guru menuliskan ini di papan tulis :

5 x 1 = 7
5 x 2 = 10
5 x 3 = 15
5 x 4 = 20
5 x 5 = 25
5 x 6 = 30
5 x 7 = 35
5 x 8 = 40
5 x 9 = 45
5 x 10 = 50

Setelah selesai menulis dia balik melihat murid-muridnya yang mulai tertawa menyadari ada sesuatu yang salah.

Pak gurupun bertanya :

"Mengapa kalian tertawa?

"Serentak mereka semua menjawab :

"Yang nomor satu salaaaahhh Paaakk!" (tertawa bareng).

Sejenak pak guru menatap muridnya, tersenyum menjelaskan :

"Saya memang sengaja menulis seperti itu agar kalian bisa belajar sesuatu dari ini. Saya ingin kalian tahu bagaimana dunia ini memperlakukan kita.

Kaliankan sudah melihat bahwa saya juga menuliskan hal yang benar sebanyak 9 kali, tapi tak ada satupun kalian yang memberi selamat.
Kalian malah lebih cenderung menertawakan saya hanya untuk satu kesalahan.

Sahabatku..

kisah diatas hanyalah sebuah ilustrasi, hidup ini jarang sekali mengapresiasi hal-hal yang baik bahkan yang kita lakukan ribuan sekalipun.

Hidup ini justru akan selalu mengkritisi kesalahan kita, bahkan sekecil apapun yang kita perbuat.
Ketahuilah :

"Orang lebih dikenal dari satu kesalahan yang ia perbuat, dibandingkan dengan seribu kebaikan yang ia lakukan."

 Sebelum kita menilai orang lain, biasakanlah untuk melihat diri sendiri terlebih dahulu.

Tuhan selalu memberkati..


.


😇😇😇



Seorang tua dengan pakaian kumal datang memohon sumbangan keseorang kaya.

Orang kaya itu merasa kesal dengan penampilan orang tua tersebut dan mengusirnya pergi dengan kata-kata kasar.

Beberapa hari kemudian orang tua itu datang lagi dengan jubah yang mewah, memohon untuk meminta sumbangan ke orang kaya itu lagi, si orang kaya lalu menyuruh anak buahnya untuk menyiapkan makanan yang lezat, lalu ia mengajak orang tua tsb untuk menikmati hidangan.

Orang tua tsb menanggalkan jubah keagamaannya yang mewah dan meletakkannya di atas kursi meja makan lalu berkata :

"Kemarin aku datang dengan pakaian kumal dan Anda mengusir ku, hari ini aku datang dengan pakaian mewah dan Anda menjamuku, tentu makanan ini untuk jubahku bukan untukdiriku".

"Kalau ternyata bukan diriku, melainkan jubahku yang kau hargai mengapa aku harus senang?,

Dan kalau ternyata bukan diriku melainkan apa yang ku pakai yg dihina mengapa aku harus sedih?.

 Setelah itu si orang tua tsb berlalu keluar meninggalkan orang kaya itu yang terdiam.

Demikianlah manusia, menghormati apa yang melekat pada diri seseorang, seperti apa yang dipakai, kendaraan, jabatan, dan kekayaan seseorang, bukan pribadi orang itu sendiri.

Maka jika dirimu memiliki segalanya tetaplah merasa rendah hati karena semua itu hanyalah jubah yang kita kenakan hanya sementara, jika dirimu dihina janganlah kamu kecewa karena ada Tuhan yang selalu menghargaimu lebih dari seluruh isi dunia.

Tuhan selalu memberkati....



😇😇😇

Suatu hari Ada Seekor ikan yang sedang asik berenang,
tanpa ia sadari ia sudah jauh dari tempat yang biasa ia tinggal, ia pun menjadi panik dan takut, ia takut jika ada ikan besar yang akan menghampirinya dan memakannya.

Ia berusaha mencari karang untuk ia bisa berlindung dan beristirahat.

Dan pada akhirnya ia menemukan sebuah karang, pelan pelan ikan ini masuk dan mencari sudut karang yang aman untuk ia berlindung. Namun ternyata di balik karang tersebut terdapat 1 ekor ikan juga yang sedang berlindung...

Ia pun bertanya kepada ikan itu,
Sedang apa kamu disini??

Ikan itupun berbalik tanya, dan kamupun sedang apa disini.?

Ia pun tampak kesal,,, dan berkata " aku yang bertanya padamu, kenapa kamu balik tanya padaku.

Ikan itupun menjawab, ""aku bukan tidak menjawab, karna aku yakin,  kamu tahu jawaban dari pertanyaanmu itu.""


----



Tiba tiba
 ikan ini mencoba menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya yang baru.



.

☺☺☺



Guru Yang Dikirim Tuhan

Di suatu sekolah dasar, ada seorang guru yang selalu tulus mengajar dan selalu berusaha dengan sungguh-sungguh membuat suasana kelas yang baik untuk murid-muridnya.

Ketika guru itu menjadi wali kelas 5, seorang anak (salah satu murid di kelasnya) selalu berpakaian kotor dan acak-acakan. Anak ini malas, sering terlambat dan selalu mengantuk di kelas. Ketika semua murid yang lain mengacungkan tangan untuk menjawab kuis atau mengeluarkan pendapat, anak ini tak pernah sekalipun mengacungkan tangannya.

Guru itu mencoba berusaha, tapi ternyata tak pernah bisa menyukai anak ini. Dan entah sejak kapan, guru itu pun menjadi benci dan antipati terhadap anak ini.

Di raport tengah semester, guru itu pun menulis apa adanya mengenai keburukan anak ini.

Suatu hari, tanpa disengaja, guru itu melihat catatan raport anak ini pada saat kelas 1.
Di sana tertulis : “Ceria, menyukai teman-temannya,ramah, bisa mengikuti pelajaran dengan baik, masa depannya penuh harapan.”

“..Ini pasti salah, ini pasti catatan raport anak lain….,” pikir guru itu sambil melanjutkan melihat catatan berikutnya raport anak ini.

Di catatan raport kelas 2 tertulis, “Kadang-kadang terlambat karena harus merawat ibunya yang sakit-sakitan,”Di kelas 3 semester awal,
 “Sakit ibunya nampaknya semakin parah, mungkin terlalu letih merawat, jadi sering mengantuk di kelas,
”Di kelas 3 semester akhir, “Ibunya meninggal, anak ini sangat sedih terpukul dan kehilangan harapan,

”Di catatan raport kelas 4 tertulis, “Ayahnya seperti kehilangan semangat hidup, kadang-kadang melakukan tindakan kekerasan kepada anak ini,”

Terhentak guru itu oleh rasa pilu yang tiba-tiba menyesakkan dada. Dan tanpa disadari diapun meneteskan air mata, dia men-cap (memberi label) anak ini sebagai pemalas, padahal si anak tengah berjuang bertahan dari nestapa yang begitu dalam…

Terbukalah mata dan hati guru itu. Selesai jam sekolah, guru itu menyapa si anak :

“Bu guru kerja sampai sore di sekolah, bagaimana kalau kamu juga belajar mengejar ketinggalan, kalau ada yang gak ngerti nanti Ibu ajarin.”

Untuk pertama kalinya si anak memberikan senyum di wajahnya.

Sejak saat itu, si anak belajar dengan sungguh-sungguh, prepare dan review dia lakukan di bangkunya di kelasnya.

Guru itu merasakan kebahagian yang tak terkira ketika si anak untuk pertama kalinya mengacungkan tanganya di kelas. Kepercayaan diri si anak kini mulai tumbuh lagi.Di Kelas 6, guru itu tidak menjadi wali kelas si anak.

Ketika kelulusan tiba, guru itu mendapat selembar kartu dari si anak, di sana tertulis.

“Bu guru baik sekali seperti Bunda, Bu guru adalah guru terbaik yang pernah aku temui.

”Enam tahun kemudian, kembali guru itu mendapat sebuah kartu pos dari si anak. Di sana tertulis, “Besok hari kelulusan SMA, Saya sangat bahagia mendapat wali kelas seperti Bu Guru waktu kelas 5 SD. Karena Bu Guru lah, saya bisa kembali belajar dan bersyukur saya mendapat beasiswa sekarang untuk melanjutkan sekolah ke kedokteran.”

Sepuluh tahun berlalu, kembali guru itu mendapatkan sebuah kartu. Di sana tertulis, “Saya menjadi dokter yang mengerti rasa syukur dan mengerti rasa sakit. Saya mengerti rasa syukur karena bertemu dengan Ibu guru dan saya mengerti rasa sakit karena saya pernah dipukul ayah.”

Kartu pos itu diakhiri dengan kalimat,
“Saya selalu ingat Ibu guru saya waktu kelas 5. Bu guru seperti dikirim Tuhan untuk menyelamatkan saya ketika saya sedang jatuh waktu itu. Saya sekarang sudah dewasa dan bersyukur bisa sampai menjadi seorang dokter.
Tetapi guru terbaik saya adalah guru wali kelas ketika saya kelas 5 SD.

”Setahun kemudian, kartu pos yang datang adalah surat undangan, di sana tertulis satu baris,“Mohon duduk di kursi Bunda di pernikahan saya.”Guru pun tak kuasa menahan tangis haru dan bahagia.



😊😊😊




Komentar

Postingan Populer